Dosa semalam
Dosa semalam,
membelengguku,
membelit diriku kian sesak dan hancur,
biarkan aku,
Tuhan,
ambillah nyawaku,
dari aku terus melakukan kebejatan pada jiwa-jiwa yang tidak berdosa,
jika itu yang baik buatku.
Tetapi,
takkan harus aku berputus asa,
aku kan punya impian besar, murni, dan suci?
Aku punya cita-cita yang belum dibereskan,
hutang yang belum dilangsaikan,
amanah yang belum ditunaikan.
Aku inginkan anak-anakku mewarisi cita-citaku,
dan tidak mengulangi segala kebejatan lampauku.
Mampukah mereka,
menerima amanahku nanti?
Mampukah mereka,
menyusuri segala sikap, sifat burukku yang mungkin mereka turut mewarisinya dariku?
Anak-anak Ashraf, cucu-cucu Adrutdin dan Khatijah,
mampukah kamu semua teguh berdiri,
dan tidak mengulangi dosa-dosa semalam ayahandamu?
Jawablah sebaiknya, agak aku dapat menghembuskan nafasku dengan tenang dan tenteram.
Agak sang Izrael mencabut nyawaku dengan lembut.
Jika puisiku ini menjadi wasiat buat dirimu, anak-anakku,
Jagailah agamamu, bangsamu, dan bahasamu.
Aku mungkin tidak meninggalkan harta beribu,
Tetapi aku harap tidak meninggalkan kalian dengan hutang-hutangku,
Hanya meninggalkan kalian dengan amanah ini.
Bangun dari lena,
Luahkan kebenaran,
Bisu adalah lebih mulia,
Mendengar dan memberi lebih baik,
Jauhi introversi - jadilah pemimpin bermasyarakat,
Hindari kanibalisme - fitnah sesama masyarakat,
Dekati ulama' dan bersahabatlah dengan alkitab,
Dan jangan kau lupa pada Al-Wali, Tuhan sekalian alam.
Dosa menjadikan kita berkaru,
gawal.
Jangan engkau hanya berselendangkan agama,
tetapi baliknya engkau punya hati yang bangar,
bangar dengan dosa - dosa.
Usah kau ulangi lagi dosa-dosa ayahmu,
waima apapun.
ashraf adrutdin,
jam 5.34 petang,
24/4/2011
Hujan telah berhenti - selari dengan ideaku.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan