Ahad, 15 Mei 2011

Penantian

Penantian

Aku tidak tahu Ya Allah,
semakin hari semakin menebal,
dosaku bergelumang dengan serakah.

Aku pasti,
mahuku usaikan penantianku ini.

Aku nantikan srikandi kirana yang kental,
untuk diriku Ya Al - Wali,
biar tatkala sukmaku disisinya,
membakar retrospeksi wahamku,
yang sekian dasawarsa lamanya membunuhku.

Maafkan kerana menodai cinta cauvinismemu,
Apakah aku dilahirkan untuk merosakkan wanita - wanita ini?

Pada malam bera sebegini,
apa lagi yang harus aku lakukan?
Pada siapa harus aku mengadu?
jasad siapa harus aku peluk?

Aku gelisah,
aku rindu,
aku pilu,
aku sepi,
aku..aku..aku..

Tidak seperti mereka..mereka..mereka,
pastinya diari ini,
akan menjadi peninggalan jemariku,
untuk tatapan anak - rasku.

Ah, betapa cuainya usia mudaku,
tatkala Faisal menulis tentang 'Ingin menjadi Nasrallah',
aku rupanya masih bergelumang dengan dosaku sendiri,
saat Guan Eng berpidato mengenai 'kebebasan Malaysia' daripada tirani ISA,
aku masih lagi terjajah dengan mental berlenggu personaliti,
waktu mereka sibuk bersiponggang gerakan orientalisme, kristianisasi dan freemasonary,
aku berkukik-kukik lugu menjadi narator lelucon peribadi manusia bersama rasnya.

Aku rupanya tertidur dalam kemelankolian,
aku mememarkan sukmaku sendiri dalam hanyutan nafsu,
kitabullah aku lemparkan ketepi,
sejadah aku gantungkan tinggi,
Ah! Aku semakin jauh dariMU Al-Wali,
Saatku tidak tahu, rupanya ENGKAU lebih dekat daripada denyut nadiku sendiri.

Tidak sanggupku menantikan saat pikunku meraba dalam beranya malam,
Saat cicitku lebih matang sukmanya,
Ah, sungguh luar biasa sekali kelowongan sukmaku kini,
Lihat! Maghrib berlalu menghampiri Isyak,
Panjangnya hingga ke subuh,
Aku masih menanti kucupan romantik berahi srikandi kiranaku.



ashraf adrutdin,
15/5/2011

Tiada ulasan:

Catat Ulasan